Moskow, Maret 1968.
Markas besar Beruang Merah berada dalam kondisi Siaga Satu. Sejak berhari-hari mereka kehilangan sinyal kapal selam K-129, yang melakukan patroli rutin di Samudera Pasifik. Menurut data, K-129 dilengkapi dengan 3 rudal nuklir. Sejak Februari 1968 K-129 dengan sejumlah 86 awak kapal berangkat dari basis Kamtsatka untuk melakukan patroli rutin di Samudera Pasifik sebagai (ironisnya) bagian dari sarana pencegah perang nuklir.
Pencarian besar-besaran, namun diam-diam dan dalam sikon sangat rahasia, segera dilakukan Soviet. Aksi intelijen Soviet itu dianalisis dan diketahui oleh dinas intelijen AS. Yang belum diketahui Soviet: Angkatan Laut AS sudah memasang sistem-sistem pendeteksi paling modern di dasar semua samudera di dunia. Sensor bawah laut AS itu dikenal dengan nama kode SOSUS (Sound Surveillance System), yang gunanya untuk mengawasi kapal selam Uni Soviet. SOSUS ini dikembangkan sejak tahun 1949 oleh Committee for Undersea Warfare dan menghabiskan biaya sekitar U$ 10 juta setiap tahunnya.
Sekonyong-konyong terjadi ledakan bawah laut dekat Kepulauan Hawai. Apakah disebabkan oleh kapal selam K-129? Amerika segera mengirim armadanya ke koordinat ledakan dan menemukan K-129 tergeletak di dasar lautan, sedalam 5 ribu meter. Dalam kondisi hancur akibat ledakan hebat. Mungkin saja K-129 tenggelam setelah gagal menyalakan salah satu rudal nuklirnya. Apa sih targetnya? Apa yang sebenarnya terjadi di kedalaman sana?
Dokumen dengan informasi penting
Dalam sebuah dokumen rahasia, tertulis bahwa awak kapal selam K-129 menjalankan perintah dari pemberontak yang sedang melakukan kudeta di Kremlin! Mereka diminta menyerang AS, berlawanan dengan tugas sesungguhnya dari pemerintah pusat Soviet. Rupa-rupanya para awak kapal adalah bagian dari konspirasi besar yang akan merebut kekuasaan di Moskow saat terjadi perang atom dengan AS.
Satu hal penting, namun tidak diketahui para awak kapal selam K-129 yang memberontak itu. Kodenya belum lengkap 100% untuk menyalakan rudal nuklir. Kode lengkap hanya dimiliki markas besar di Moskow. Dengan demikian mereka tidak menyalakan transmisi penggerak rudal, namun justru mekanisme penghancur diri sendiri. Lantas terjadilah detonasi rudal tanpa disertai ledakan nuklir. Lapisan luar K-129 terkelupas akibat ledakan hebat tersebut. K-129 tenggelam di kedalaman Samudera Pasifik. Seluruh 86 awaknya dipastikan tewas.
Eskalasi antara kedua negara
Armada Angkatan Laut AS yang dengan cepat tiba di tempat kecelakaan, disangka oleh pihak Uni Soviet sebagai penyerang K-129. Sebagai wujud balas dendam, beberapa bulan kemudian ganti kapal selam USS Scorpion yang diserang dan ditenggelamkan oleh helikopter tempur Soviet.
Sebelum eskalasi berlanjut menjadi Perang Dunia ke-3, presiden AS (saat itu Richard Nixon) dapat meyakinkan Uni Soviet bahwa AS sama sekali tidak bersalah. Dalam sebuah dokumen very top-secret lalu disetujui bahwa kedua pihak akan merahasiakan kejadian yang sebenarnya, sampai awal tahun 2010.