Minggu, 25 April 2010

Universitas surabaya kampus hijau(Ditemukan, DNA Tertua di Dunia)

Material genetik ini, adalah yang tertua yang pernah ditemukan sepanjang sejarah manusia, terdapat di dalam garam. Diperkirakan penemuan bakteri ini adalah nenek moyang bakteri yang mungkin telah ada di antara bentuk kehidupan pertama di Bumi.
Ilmuwan juga telah memperbaiki material genetika dari lembah Michigan, area yang sama di mana penemuan bakteri ini ditemukan. Tetapi anehnya DNA ini sama dengan mikroba modern namun ilmuwan percaya sampel DNA ini sekarang telah bertransformasi dengan kondisi perubahan kondisi alam jutaan tahun.
Sebuah tim peneliti dipimpin oleh Jong Soo Park dari Universitas Dalhousie di Halifax Kanada telah menemukan enam segmen DNA identik yang belum pernah dilihat manusia sebelumnya. Hasil kerja mereka dipublikasikan di dalam jurnal Geobiologi pada bulan Desember 2009.
“Kami pergi ke lembah dan mengkoleksi kandungan DNA dari semua jenis bakteri dan membandingkan mereka dengan apa yang kami miliki sebelumnya,” ujar Russel Vreeland dari Universitas West Chester Pennsylvania. “Tetapi kemudian kami menemukan enam DNA bakteri yang sangat unik.”
Tim tersebut juga menemukan asal muasal keluarga bakteri penyuka garam, yakni sebuah bakteri yang dapat menuntun ke arah nenek moyang kehidupan pada masa sangat awal.
Perwakilan pertama dari DNA bakteri yang ditemukan ini, Hallobacterium Salinarum, ditemukan hidup bersembunyi dalam kandungan garam di tubuh banteng tahun 1930.
Ilmuwan awalnya memperkirakan itu adalah spesies modern, tetapi ternyata punya hubungan dengan serangga yang hidup antara 121 dan 419 juta tahun lalu.
Vreeland juga melacak kulit asli banteng tersebut dan menemukan bahwa garam tersebut berasal dari tambang di Saskatchewan.
Batu di dalam pertambangan terbentuk ketika laut mengering sekitar 300 juta tahun lalu dan Vreeland menyangka bahwa bakteri H Salinarum menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kristal garam mini yang tak mudah terurai, menunggu saat yang tepat untuk muncul.
"Ada bukti bahwa organisme ini entah bagaimana bisa bertahan hidup selama waktu yang luar biasa. Dan kemudian berkembang kembali di planet bumi dalam air asin laut setiap kali kondisi memungkinkan,” kata Melanie Mormile dari Universitas Sains dan Teknologi Missouri